Kamis, 24 November 2011

Be Open!

Last night I was planed going to attending my Grammar class in Salemba UI. Train KRL Commuter Line has always be my favorite transportation for getting me to the office or somewhere that far enough to reach it with other mass transportation like Bus or somethin'. Hell yes, as we know that traffic jam in Jakarta made us mad and worst day by day. I prefer train because it’s cheap and fast enough to reach our destination.  I took Commuter line with destination Manggarai station and then I used to transit and change train with destination Cikini station.
Only ten minutes for the train takes time get into Manggarai station from Tanah Abang station. But last night our hope wasn’t came true. The signal that we never exactly understand what was it, struck by thunderbolt. We’ve waiting and been waiting until thirty minutes gone by uncertainly. No information about what exactly happen because the train was stopped in the middle of nowhere. The outside was raining and dark. Time was pointed at 7 pm that was meant that we’ve been waiting throughout an hour. Froze in the train with hunger and be sick over again and again with KAI.
The woman beside me was grumbled for all the time, I know that she was felt restless as all of us. I started to ask her what destination she’s want to heading. She said that she was headed to Bojong. Oh God that was very far and really unpleasant waiting because she worried about his baby at home. We spent our bored time to chatting; asked and told each other about our works and many things mostly about our experiences using the train.  
It was not romantic at all because we’ve been neglected all that time until one of automatic doors was open up. Some of passengers choose to jump and walk to follow the railways. What a bad idea! And never be good at all! I thought that was bad idea because that was so dark outside and still rather drizzle out there.  It must very slippery. What if suddenly the train from the opposite direction comes over? Once again I thought that was a bad idea. I was defended with one lady wear glasses just like I am. We still hold on didn’t want to take risk jump out from the train, until one of us was asked about the conditions of train. He told us that the repaired still taking a long time with unsure.
After that I suggested lady with the glasses to follow the people for jump and walk in the middle of dark in drizzle of night. She engages me together headed to Manggarai station.  Her name was Suci and we walking together. Like I said before, it wasn’t romantic but I still enjoyed. We've been chat and introduce each other along our destination. As we known that our destinations were different.
Suci and I were split before we've extended Manggarai station. I planned going to the busway shelter and she headed to Manggarai Rail station hall. I knew last night was very massive! I think KAI supposed to be responsible about neglected more than 1.2 billion people on that night. That’s why Jakarta often made us crazy because there is no guarantee safe and comfort in mass transportation.   
I decided to take busway to Rawamangun and continue to take Metromini number 47 until Pondok Kopi. When I’m waiting in line I heard someone has confused how she would be reached Pondok Kopi. I know that place so well and I know about the track of my long road home.

I was asked her what place she want to headed to. She said that she want to go to Pondok Kopi like I've heard. Then I offer my self to be a companion of her. That because I was going to same place with her. Then we took busway together. She was asked me my name. She mention her name after I said my own name. Her name was Ros. She's really sweet and easy person. We chat, make a joke, and complaining about massive of traffic jam in Jakarta along our road. That time supposed to be a crap night, but that wasn't! I've been so exhausted with mass transportation in Jakarta but that night I still enjoy the misery. Just open up and you never feel alone. You always have friends then. Where ever you was..Peace!

Just for Jakarta "Please ending your jammed!!"

Rabu, 16 November 2011

Mengejar Matahari Tengah Malam

Aku lupa saat itu pukul berapa, rasanya aku baru saja berhasil menutup mataku dan bunyi telepon yang terus-terusan seakan tak memberiku kesempatan untuk mengabaikannya. Suaranya benar-benar merusak himne kesunyian malam.
"Halo?" aku mencoba membuka mataku, tetapi tetap saja sulit.
"Hei bangunlah sebentar."
Aku mendengar suara Sean.
"Memangnya matahari sudah terbit?" tanyaku
"Kau harus lihat ini.”
Mencoba untuk tidur lagi setelah Sean menelponku adalah hal yang sia-sia. Aku melirik jam yang sejak tadi seakan tidak bergerak. Teori relativitas sejenak tidak berlaku untukku. Jam tiga pagi dan dia menelpon tepat berada di depan pintu kamar apartemenku. Sambil terhuyung-huyung aku tetap berusaha menegapkan tubuhku meraih knop pintu yang terasa jauh sekali.
“Kau tidur?” tanyanya
Pertanyaan macam apa itu? Memang siapa yang tidak? “Cuma kau yang tega membangunkanku.” kataku datar. Aku mengerutkan dahiku merasa tidak ingin bercanda.
Bukannya meminta maaf aku malah mendengar dia terkekeh.
“Lihatlah ini!” Sean melemparkan satu buah berkas dokumen di atas meja. “benar dugaanmu.” aku melihat Sean membuka jasnya dan melipat kemeja sambil meninggalkan ruang tamu menuju dapur. “Setahun sebelum terkenal, dia juga sempat bertengkar dengan seseorang dan memukulinya sampai masuk rumah sakit.” ocehnya sama sekali tidak peduli dengan keadaanku. Bahkah aku belum berhasil memanggil jiwaku yang sudah tercerai berai kemana-mana terpisah dari tubuhku. Dia tidak memberiku kesempatan untuk sekedar mengumpulkan sisa-sianya.
Sementara itu aku ngeloyor ke arah kamar mandi. Kubasuh wajahku, terutama mataku yang masih terlihat sangat merah ketika kuhadapkan ke arah cermin. Setelah itu aku berbelok ke arah dapur dan berniat membuat kopi, tapi aku melihat mesin kopiku sudah menyala.
“Kupikir kau pasti memerlukan kopi.”
“Thanks” kataku. Jadual minum kopi yang sangat buruk! Aku berujar dalam hati tentang kebiasaanku akhir-akhir ini. Setelahnya aku menuangnya dalam satu mug besar. 
[Bersambung,,]

Emergency Feelings


I thought it was supposed to be time. God knows with his accuracy about my emergency feelings. Should I call 911?. Time takes time and I can't wait. It’s absolutely the right time to see his face out of their dreams. It was pouring day when I saw them trial impression for something that they called Love. Please, I can not even separate what it’s like. Beyond two my feelings, love and lust. I used to believe them all my whole life that they had been always resided in my body and also my soul. I’ve been searching throughout my life’s time about the right touch. 

I'm getting impatient right now. Look! I’m definitely in pieces. Darling I get in such of fast lane. Whether it’s wrong or right I can’t see the danger zone lie next to me. Extend feelings out of my expectation. Come after me where ever you belong now, it feels more like emotional starvation.  

Selasa, 15 November 2011

Mati dan Mundur

Jika kau berada pada sebuah titik ketika kau melihat di depan matamu sebuah lubang besar yang kau pikir kau tak sanggup melewatinya, apa kau akan mundur? Bagaimana atas semua perjalanan yang sudah kau lewati selama ini? Kau pun bertanya pada dirimu sendiri. Kau pun terdiam di sana memikirkan apa yang harusnya kau lakukan. Apakah kau akan kembali dan membatalkan semua keinginanmu untuk sampai ke sebuah tempat yang selama ini kau impikan?

Sebuah bintang harus mati terlebih dahulu sebelum akhirnya lahir sebuah bintang baru yang nyala sinarnya seribu kali dari sebelumnya. Setelah itu bintang itu akan berdenyar cemerlang seperti berlian.  Siapa yang bilang kau tidak sempurna? Lalu siapa yang mengatakan kalau kau tidak pantas? Aku bahkan berani menghancurkan siapapun yang berani mengatakan hal itu pada dirimu. Kita sempurna di jalan kita masing-masing. Sebagaimana waktu-waktu terdahulu yang kau habiskan untuk bagaimana belajar mencintai orang lain, maka sudahkah mencintai dirimu sendiri? Bagaimana kau bisa dengan mudahnya menyalahkan dirimu sendiri untuk semua hal yang tidak bisa kau raih dan hal-hal yang berjalan tidak seharusnya menurut ukuranmu.

Mungkin saatnya untuk tidak ragu untuk mundur beberapa langkah ke belakang untuk kemudian berlari lompat dengan kekuatan yang besar melewati sebuah cekungan atau sebuah lubang yang menurutmu kau tidak akan dapat melewatinya. Lalu bagaimana jika kau terjatuh ke lubang yang paling dalam, gelap, tak berpetunjuk dan tak pernah kau bayangkan sebelumnya.

Bersyukurlah ketika kita berada pada titik terendah, karena saat itu tak ada pilihan yang dapat kau lakukan selain naik ke atas. Berdamailah dengan mimpi yang terpecah dan berserakan kemana-mana. Bukan berarti hal itu kau tidak dapat menggapainya. Berbahagialah karena mungkin Tuhan memilihmu untuk mengetahui hal besar yang selama ini kau belum tahu dan bisa jadi sebuah jalan lain yang dipilihkan untuk kita. Aku mencintai diriku sendiri sebesar karunia yang selama ini Tuhan berikan pada kesempurnaan sinar Bintang. Cemerlang seperti berlian.

Jangan Menunggu

Andai aku bisa mengatakan ini padamu. Tapi kau terlalu keras dan tidak peduli dengan dirimu sendiri. Kukatakan berkali-kali untuk tidak menungguku karena aku berjalan menjauh darimu. Aku bahkan akan berlari jika kau memaksa. Apa yang kau cari dariku?  Bukan salahku jika kau tidak terlalu mendengarkanku. Cobalah melangkah pergi dari tempatmu berdiri kini dan lihatlah dunia sudah berubah dan kau harus berlari mengejarnya. Musim telah berganti berkali-kali dan kau hanya akan menua jika tetap di sana. Jangan menegok ke belakang dimana kau akan melihat bayanganku lagi. Aku hanyalah sebuah bayangan yang sedang kau kejar. Percayalah padaku bukan aku orangnya. Kenapa kau masih terus tahan dengan rasa sakitmu itu? Sudahi saja karena bagaimana pun aku hanya akan mengingatmu bukan mengenangmu. Tuhan tidak menitipkan rasa sayang ini padamu, percayalah itu di luar kuasamu. Aku bahkan sudah meminta maafmu untuk sesuatu yang di luar kuasaku juga. Meski kuyakin bukan hal itu juga yang kau inginkan dariku.

Andai aku bisa bertanya padamu, kau ingin aku bagaimana? Tapi kau tetap tak bisa mengalihkan kata-katamu kalau kau tidak bisa hidup dengan siapa pun kecuali denganku. Kau mengatakan hal itu dengan kelembutan suaramu tapi kau pasti tidak akan percaya jika kukatakan padamu hal itu malah membuatku takut. Itu menunjukkan kalau kau belum paham tentang bagaimana menyayangi seseorang. Kau belum belajar bagaimana rasanya sakit tidak bisa menyayangi orang yang telah sangat baik padamu. Atau mungkin kau belum tahu rasanya dadamu sesak dan kau tidak melihat apapun kecuali dirimu sendiri karena seseorang telah mematahkan hatimu yang berdetak hanya untuknya. Belajarlah merasakan hal itu. Sebuah anungerah jika kau pernah merasakan hal itu dan kau tetap berjalan untuk mengejar seseorang yang lain yang sedang menunggumu di tempat yang lain. Bagaimana kau akan tahu jika kau tetap di sana. Berlarilah untuk menjelangnya. Jika musim dingin membuatmu sakit, maka bersabarlah karena setelah itu musim semi akan memelukmu dengan keindahannya yang dapat membuatmu tersenyum bahagia. 

For someone there "Sorry if finally I ignore U and Please U have to stop calling me."

Minggu, 13 November 2011

Paling Tahu Agama

Kenapa seseorang sering tiba-tiba merasa paling tahu jika sedang membicarakan tentang agama? Semua seakan memiliki pendapat sendiri-sendiri dan merasa benar. Kita semua pasti ingin jika sedang menanyakan yang behubungan dengan hal-hal yang belum diketahui atau belum jelas pemahaman tentang sesuatu maka kita  akan mendapatkan jawaban yang menangkan dan minimal kita akhirnya tahu apa yang sebelumnya tidak kita tahu.

Tetapi jika jawaban yang diberikan dijelaskan dengan tambahan nada dan bahasa tubuh yang meremehkan, lebih dimungkinkan jawaban yang dia berikan terkalahkan dengan bagaimana dengan cara dia menyampaikan jawaban itu. Meski mungkin apa yang dia katakan sebuah kebenaran atau sesuatu yang mungkin benar untuk pertanyaan itu. Mungkin itulah kenapa perbedaan terkadang bukan menjadi sesuatu yang indah tapi malah menjadi sebuah hal yang mesti dihindari. "Merasa Paling Benar" adalah sesuatu yang seharusnya kita hindari, bukan perbedaannya. Karena jika sudah merasa paling benar, maka dia akan dapat menutup hal-hal kebaikan yang mungkin sudah dilakukan orang untuk memperbaiki agamanya sendiri. Dia pasti merasa orang yang tidak sama dengannya dengan pandangan yang salah. Memangnya siapa yang dapat menyatakan kalau dia yang paling benar? Allahlah tempat semua kebenaran.

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”  (An-Nahl : 125)

Kamis, 03 November 2011

3D Experience


Dear Nina
Hi Nina, how are you? Hope you are fine and great just like I am. I’d like to tell you about my experience when I visited my cousin’s house at Semarang couple month ago. Before that, did you still remember about our friend at Junior High school Rahma?  She moved to Semarang on 2004. She had been living in Semarang for almost seven years until now. I called her on phone and make an appointment to meet.
After we met, we were spent our precious time to waking around. We visited several famous places at Semarang such Lawang Sewu, Gereja Bleduk, dan some Museums. Our trip ending at mall Paragon and we decide to watch movie at cinema “Transformer Dark of the Moon 3D”.
You know that Transformers is one of my favorite movies. Moreover the movie comes on 3D as well. This is my second time to watch sequel of Transformers, but this is my first experience watched on 3D.Transformers is film about some cute cars that transforming into a twenty tall robot. The Robots became so vivid every time they are transforming and more incredible when we watched it on 3D.
The film starred by Shia Labeouf, Josh Duhamel, Rossy Huntington, and many more. The story told about there is two kinds of robots; the ‘philanthropic’ Autobots and the Decepticon as villain have a battle on earth. They are all come from planet that called Cyberton. One of Autobots’s fellow is Bumblebee that was transforming from Chevrolet Camaro where driven by Shia Labeouf as Sam Witwicky.
My favorite scene was the battle of the robots that take place on the bridge. Shia and Josh for slow motion thrown out from the Chevrolet while the car transforming into robot Bumblebee. And with beautiful exactness it’s been so high speed effect where Bumblebee catches them after transformed again and get them into car. The 3D experience make show more real as we were in it. We can feel the robots flying, crashing, fighting, and also transforming most all the time. It was awesome and epic! Well Nina, after all, I hope you like my story about my experience watching movie Transformers on 3D.  
[Writing's HW - Miss Hetty]