Minggu, 04 Maret 2012

Bliss!

Bismillah,,

Kayaknya udah lama banget nggak nulis sesuatu di blog. Kayak ada sesuatu yang masih ngeganjel di hati kalau belom menyempatkan diri untuk menulis sesuatu tentang perjalanan hidup (Beuhh!!)

Sudah sebulan saya mengundurkan diri dari kantor penerbitan saya. Banyak hal yang saya temui dalam sebulan ini yang cukup mengguncang kewarasan saya. Tapi sama sekali bukan karena pekerjaan. Entahlah, saya merasa tepat memutuskan untuk mengundurkan diri untuk menjalani rencana saya selanjutnya.  Fokus dengan tulisan saya yang akan saya terbitkan Insya Allah tahun ini dan Fokus untuk menyiapkan rencana master saya ke luar. Hanya saja Allah selalu memiliki rencana lain untuk siapa saja. Bukan hidup kalau mudah tertebak. 

Terlepas dari masalahnya apa, saya sempat menjalani hari-hari saya dengan sangat depresi satu bulan terakhir ini. Mencoba mempertahankan kewarasan saya dan tetap berjalan pada jalur yang benar. Saya belum katakan kalau saya berhasil, hanya saja perasaan sakit, menangis diam-diam, tidak bisa fokus dalam apapun, tidak memiliki selera untuk berbicara, makan, nonton, baca, atau bahkan memperhatikan orang lain sudah tidak saya rasakan belakangan ini. 

Sebelumnya saya mau berterima kasih buat teman dan sahabat saya yang masih menganggap saya waras dan masih selalu berusaha menarik saya untuk tidak keluar dari jalur yang sedang saya tekuni. Hidup akan selalu berarti jika kau masih mau mendengarkan kata-kata mereka.

Terima kasih buat Nadia (my best friend ever, my travel mate, my annoying ego female friend) yang udah tahu banget watak baik buruknya masing-masing dari kita. Dia yang pertama kali terpikir oleh saya ketika saya menceritakan semua rasa sesak yang rasanya tidak bisa diungkapkan begitu saja. Pelukan jauhnya selalu membuat saya tenang dengan kata-kata yang meski dia juga terkadang tidak tahu harus berbuat apa, tapi bercerita semuanya padanya lebih sering membuat saya tenang dari waktu ke waktu. Hadapi kenyataan meski sepahit apapun. 

Terima kasih buat my friend Lutfi Indris yang tidak suka dengan semua cerita negatif (Meski bagi saya tidak semua negatif itu buruk) tapi ketika saya ceritakan tentang satu kata negatif ‘Depresi’ dia mengajukan saya misi 21. Ide yang cemerlang meski tidak tiap hari perbedaan itu ada di kehidupan selanjutnya. Tapi kata-katanya selalu terngiang tentang berusaha melakukan sesuatu yang berbeda setiap hari selama dua puluh satu hari. Tujuannya biar kita kembali hidup dan sangat menghargai nikmatnya hidup. Tujuannya pasti agar kita bahagia tentunya. Tapi Mario teguh malah pernah mengatakan kalau orang yang memiliki tujuan bahagia maka orang itu tidaklah pernah berbahagia. Karena bahagia itu bukan tujuan tapi mengiringi. Tentu saja saya menyetujuinya.

Terima kasih juga buat my dear friend, Tung (Nurika) yang udah mau nemenin jalan-jalan ke kebun binatang Ragunan (Haha). Saking bingungnya nyari tempat alam di Jakarta. Buat Rika Nathania yang masih bisa memberi jawaban kalau saya orang yang cukup ceria ketika saat itu sulit sekali menyembunyikan kalau ada sesuatu yang nggak beres di diri saya (ngerasa depresi, tidak percaya diri, tidak berminat melakukan apapun). Satu kata positif yang belum mampu juga mengangkat diri saya saat itu.   

Kemudian saya pun berpikir tentang arti kebahagiaan sebenarnya. Mempertanyakan kembali apa sebenarnya kebahagiaan itu? apakah seseorang yang sudah berkeliling dunia bahagia? Apa orang yang paling pintar dan cerdas mereka sudah bahagia? Atau orang yang memiliki kekayaan dan harta yang berlimpah juga sudah bahagia? Lalu bagaimana dengan orang yang memiliki wajah tampan dan cantik di jagad raya ini dan semua orang mengakui  juga bisa berbahagia dengan itu semua? Atau mungkin seseorang yang lahir di sebuah tempat yang sangat indah dengan kekayaan yang dahsyat bisa berbahagia dengan itu semua. Padahal jika ada pendatang yang sedang mendatangi tempatnya dia bermimpi ingin seperti dia.

Apakah orang-orang bisa berbahagia dengan terkenal, memiliki banyak anak yang sangat membanggakan, memiliki banyak teman dan sahabat, bisa menggapai semua yang diusahakannya, mencapai Mekkah atau Negara-negara di Eropa, menulis buku-buku terkenal, bernyanyi, berkeliling dunia lalu menemukan seseorang? Lalu apakah orang akan bahagia jika sudah menikah, atau belum menikah. Sudah memiliki anak atau belum memiliki anak. Apakah orang sudah bahagia jika sudah mencapai menara Eiffel? Atau sudah berada di bawah patung Liberti atau Jam dunia di London? 

Saya pun akhirnya menemukan versi saya sendiri, dimana tidak  pernah ada kebahagiaan tanpa rasa syukur. Siapapun dia, dimana dia berada, sedang diuji, sedang dipuji, sedang di atas, di bawah, atau keadaan apa pun yang pernah kita alami selama hidup kita. Sesakit apapun yang berbahagia adalah orang-orang yang bisa bersyukur dengan keadaannya.