Selasa, 10 Mei 2011

Prologue

Hujan turun sangat deras malam itu. Pikirannya dipenuhi oleh berbagai macam hal-hal yang membuatnya sesak. Keinginannya hanya satu. Menyatukan keluarganya dan keluar sebagai pemenang dengan sama-sama bahagia.

Dalam perjalanannya, Yusuf masih memutar bola matanya. Seperti berfikir tetapi tidak mengingat apapun. Mata itu liar dan kosong, fokus tetapi tanpa ekpresi. Benaknya kini berisi pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan yang baru tapi aneh. Meskipun dia telah berusaha sekuat apapun untuk menahannya, namun tetap saja terus-menerus memaksa untuk keluar dari pergumulannya sendiri.

Sudah hampir setengah jam dia melawan malam dengan hujan yang sangat deras sampai akhirnya, tiba-tiba saja Yusuf mendengar sebuah decitan rem yang sangat kasar dan jelas sekali. Awalnya dia ragu decitan mobil siapa yang terdengar sangat kencang dan membuat hati berdegup semakin cepat. Tapi kenyataannya, itu adalah decitan rem mobilnya sendiri. Di jalan itu, kurang dari lima puluh meter, lampu depan sebuah mobil pick up membingkai siluet seorang anak laki-laki di jalan. Dia kaget karena yang dia lihat adalah bayangan anaknya. Dia tidak yakin ini mimpi atau bukan tetapi yang jelas, dia seperti sedang diberhentikan secara tiba-tiba dari kecepatan tingginya. Mobilnya tiba-tiba saja tidak bisa dikendalikan. Gaya gesek keempat bannya seakan hilang begitu saja mengalami percepatan yang tidak normal. Hilang karena dihempas air hujan yang malam itu mengalir lebih banyak.

Dia membanting setir mobilnya dengan tajam ke kanan. Seketika saja, bemper depan mobilnya menghantam tembok beton pembatas jalan yang tingginya sekitar sepinggang orang dewasa. Kemudian melemparkannya jungkir balik sama sekali tidak terkendali dan dia seketika kehilangan dayanya. Sebuah pemandangan akrobatik yang sangat mustahil yang tampak berlangsung dalam waktu yang sangat lama. Lelaki itu akhirnya terjerembab mematuhi gaya gravitasi bumi dengan suara tubuh dan mobil yang terseret yang sangat menyakitkan di permukaan aspal. Sakit namun kemudian hilang sama sekali. Seketika Yusuf tidak sadarkan diri.

Sabtu, 07 Mei 2011

Breakin' my Dawn

Aku bersanding dengan pekatnya malam ketika beberapa rasi bintang menatapku.
Langit begitu karismatik.
Keindahannya adalah sebuah akumulasi dari kemewahan angkasa, ketenangan jiwa, dan kebenaran arah.
Aku menantang terangnya bintang Vega di Lyra
Orion tak henti-hentinya berkaborasi untuk berkelip
Seakan saling berkomunikasi dengan kode Morse.
Cahaya mereka mampu mereduksi sepiku
Aku mengaguminya
Mereka bertanya "ada apa denganmu?"
Diamku menginfeksi kelamnya malam membuat mereka semakin ribut bertanya
Aku hanya meletakkan topiku hormat pada mereka
Mereka terbiasa khawatir dengan rasa dingin yang semakin erat memelukku
Rumput yang kupijak semakin harum dan basah
Ketika mereka berorbit, Aku menutup mataku dan meletakkan pertanyaan di benakku kenapa aku tidak dapat memikirkan apa pun?
Apa yang mengeruhkan separuh jiwaku?
"kau perlu teman.." tegurnya kepadaku
Aku menggigit bibirku
"kau mengharu karena merindu" tambahnya lagi.
Gairahku menghela tiba-tiba
Kerlipnya berseru padaku "jadi kau berjaga karenanya.."
Mereka mengerut mendapati fikiranku seperti sebuah labirin terkelam yang pernah mereka lihat.
"Aku sangat merindukannya" akhirnya aku berkata
"Berlarilah!" serunya "seperti bintang jatuh yang berlomba dengan sinar kosmik untuk sampai ke Bumi mu. Cobalah keluar dari labirinmu sendiri. Meski nantinya kita mengetahui ceritamu, tapi kami tetap tidak tahu bagaimana takdirmu."
Aku masih melayang dan terdiam
Merenungi kata-kata mereka
Malam kemudian berubah menjadi ekplisit.
"Kau tepatnya yang dapat menentukan takdirmu sendiri. Berdamailah..." pesan akhirnya.

Kemudian kerlipnya pun hilang perlahan. Pagi datang menjemputku. Dan aku tersadar dengan pelan kembali untuk pulang.
-Breakin' my Dawn-