Kemana aku harus berjalan untuk pengampunan? Sedang aku
seperti dekat dengan kematianku sediri. Aku yakin setiap orang pasti memiliki
masalah dan jantung dosa yang tak pernah berhenti. Tuhan..aku bahkan tidak
punya ruang untuk itu. Aku butuh psikiater tapi bukan untuk seseorang yang
dengan mudah menjejaliku dengan obat-obatan penenang. Aku butuh bicara tapi aku
tidak tahu apa lagi yang tersisa untuk dibicarakan. Aku ingin seseorang yang
memelukku mengatakan segalanya akan baik-baik saja dengan tenang kepadaku.
Kehilangan segala sesuatu yang penting dalam hidupmu dalam satu waktu, aku
bertanya bagaimana itu terjadi pada seseorang dan dia masih bisa bangun seperti
karang. Tak peduli betapa besarnya ombak yang menghantam dia masih dengan kokoh
menantang matahari.
Hujan..masih saja hujan. Suara tetesan, guyuran gerimis,
dan hembusan angin yang mengiringi itu semua seakan terpantul bersamaan menurut
pada gravitasi bumi malam ini. Berputar-putar lalu udara menjadi dingin, namun
tetap saja tidak sedingin hati ini. Seingatku ini adalah bukan musim dingin
yang dapat kapan saja hujan. Hangat..aku ingat seharusnya ini musim panas dengan
pagi yang hangat. Kenapa aku berada di sini?
Aku seperti tersesat di dunia yang berbeda. Semua dan
segala sesuatu yang pernah aku tahu, hilang. Begitu juga dengan kekuatanku. Dan
dengan semua eksistensiku, aku mati rasa. Kemudian aku berjalan mencari dunia
yang aku tahu tapi aku tetap tidak menemukan siapapun. Terkadang aku dapat
melihat orang-orang yang aku kenal dan orang-orang dengan wajah tanpa nama
tetapi tetap saja aku tidak bisa menyentuh mereka. Aku berusaha bicara tapi
kata-kata seakan tidak bisa keluar dari kerongkonganku. Aku merasakan sebuah
bahaya. Aku tahu ini sebuah bahaya karena aku melihat semua orang menatapku
seperti aku adalah seorang yang asing.
[Arman's Confession (P. 26). Diambil dari Novel "Mengejar Matahari Tengah Malam" By: Mei Aulia]
[Arman's Confession (P. 26). Diambil dari Novel "Mengejar Matahari Tengah Malam" By: Mei Aulia]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar