Senin, 04 Juni 2012

Mengejar Matahari Tengah Malam - Gravitasi


Kemana aku harus berjalan untuk pengampunan? Sedang aku seperti dekat dengan kematianku sediri. Aku yakin setiap orang pasti memiliki masalah dan jantung dosa yang tak pernah berhenti. Tuhan..aku bahkan tidak punya ruang untuk itu. Aku butuh psikiater tapi bukan untuk seseorang yang dengan mudah menjejaliku dengan obat-obatan penenang. Aku butuh bicara tapi aku tidak tahu apa lagi yang tersisa untuk dibicarakan. Aku ingin seseorang yang memelukku mengatakan segalanya akan baik-baik saja dengan tenang kepadaku. Kehilangan segala sesuatu yang penting dalam hidupmu dalam satu waktu, aku bertanya bagaimana itu terjadi pada seseorang dan dia masih bisa bangun seperti karang. Tak peduli betapa besarnya ombak yang menghantam dia masih dengan kokoh menantang matahari. 
Hujan..masih saja hujan. Suara tetesan, guyuran gerimis, dan hembusan angin yang mengiringi itu semua seakan terpantul bersamaan menurut pada gravitasi bumi malam ini. Berputar-putar lalu udara menjadi dingin, namun tetap saja tidak sedingin hati ini. Seingatku ini adalah bukan musim dingin yang dapat kapan saja hujan. Hangat..aku ingat seharusnya ini musim panas dengan pagi yang hangat. Kenapa aku berada di sini?
Aku seperti tersesat di dunia yang berbeda. Semua dan segala sesuatu yang pernah aku tahu, hilang. Begitu juga dengan kekuatanku. Dan dengan semua eksistensiku, aku mati rasa. Kemudian aku berjalan mencari dunia yang aku tahu tapi aku tetap tidak menemukan siapapun. Terkadang aku dapat melihat orang-orang yang aku kenal dan orang-orang dengan wajah tanpa nama tetapi tetap saja aku tidak bisa menyentuh mereka. Aku berusaha bicara tapi kata-kata seakan tidak bisa keluar dari kerongkonganku. Aku merasakan sebuah bahaya. Aku tahu ini sebuah bahaya karena aku melihat semua orang menatapku seperti aku adalah seorang yang asing. 


[Arman's Confession (P. 26). Diambil dari Novel "Mengejar Matahari Tengah Malam" By: Mei Aulia]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar