Rabu, 06 April 2011

Di Balik Pekerjaan 'Kecil' nan Membosankan

Ketika kita dilahirkan di muka dunia ini, semua orang termasuk orang tua kita pastinya mendoakan kita semoga kita menjadi anak-anak yang sholeh-sholehah, dan berguna bagi bangsa, negara dan agama. Kita disekolahkan setelah itu oleh para orang tua juga memiliki tujuan khusus supaya mendapatkan pekerjaan yang bagus yang kita sukai. Ketika hari itu tiba, tidak semua terpenuhi harapannya. Pertama karena memang susahnya mencari kerja di Indonesia ini. Karena salah satu pertimbangan itulah terkadang kita melamar pekerjaan apapun untuk dapat dijadikan pengalaman pertama setelah lulus dan sebagainya. Karir adalah juga sebuah pilihan. Itulah sebabnya banyak yang memang dapat pekerjaan sesuai keinginannya dan banyak yang tidak. Lebih sering karena kebutuhan hidup. "Dari pada menganggur" setidaknya ungkapan itu memang seringkali dilontarkan. Saya juga pernah mengalaminya.

Sebelumnya saya tidak pernah bermimpi untuk bekerja di bidang editorial sama sekali. Selain karena saya suka baca buku rasanya saya tidak memiliki keahlian khusus lainnya di bidang ini. Saya memang sangat suka membaca dan kadang menulis. Tapi Editorial adalah sesuatu yang berbeda. Kita bisa membuat karya orang yang memiliki potensi menulis tapi tidak dapat membahasakannya, maka editorlah yang bertugas menjadikannya enak dibaca nantinya jika akan diterbitkan. Memoles, mengganti kata demi kata, kalimat demi kalimat agar sebuah buku yang disajikan indah.(Idealnya)

Bicara mengenai pekerjaan editor buku adalah susah-susah gampang. Mulai dari membenarkan kata-kata yang salah sampai memutuskan naskah tersebut itu layak untuk dipublikasikan atau tidak. Rahasia yang sangat terkenal dari pekerjaan ini adalah sebuah tingkat kebosanan yang tinggi dan kerap kali muncul. Saya orang yang memang cepat mengalami kebosanan. Jika dihadapi kebosanan saya pindah-pindah kerja dengan resiko menganggur lagi dan resiko tidak dipercaya oleh sebuah perusahaan maka saya belajar untuk bagaimana bertahan dan menjadikan setiap hati untuk tetap bersemangat dan tidak bosan. Tetapi semangat itu juga ada masanya. Dia tidak mungkin selalu ada. Jika sudah bosan dan benar-benar bosan biasanya saja liburan dan sebagainya. Tetapi Hal itu juga tidak lama. Rasa bosan itu pasti kembali lagi. Seperti virus yang selalu ada. Lalu kalau sudah begitu saya pasti berfikir sebenarnya pekerjaan apa yang tidak membosankan?

Ketika itu saya berada di stasiun kereta api Tanah Abang (Karena setiap hari saya memang menggunakan tranportasi ini untuk kerja). Di dalam stasiun itu setiap hari pasti diumumkan kereta-kereta yang akan datang dengan tujuan masing-masing. Pengumuman itu juga termasuk status-status kereta ketika ada di stasiun-stasiun lain menuju Tanah abang apakah itu ada gangguan atau tidak, terlambat atau tidak. Untuk semua penumpang kereta api KRL Informasi-informasi seperti itu sangat beguna. Saya juga mengandalkan pengumuman status-status kereta api tersebut khusunya jurusan Tanah abang-Bekasi. Sudah sampai di stasiun manakan kereta itu? Apa masih jauh atau sudah dekat? Hal itu menjadi ukuran saya karena saya selalu menyempatkan diri maghrib dahulu di stasiun, sehingga jika ada pengumuman kereta sudah sampai mana, maka saya bisa memastikan kalau saya tidak akan tertinggal kereta kita. Karena satu menit pun sangat berharga untuk seorang yang ketinggalan kereta ( Pengalaman..:-(( ).

Saya mendengar suara yang sama setiap harinya di pengeras suara itu dan hal itu yang membuat saya berfikir, apakah informan itu tidak bosan dengan pekerjaannya? Informan itu adalah orang yang sangat penting dan orang yang ditunggu-tunggu jutaan pengguna kereta setiap harinya.  Apakah dia pernah menganggap pekerjaannya kecil? karena setiap hari hanya bertemu dengan speaker dan data-data kereta api yang harus dia siarkan.

Jika dia menganggap pekerjaan dia kecil dan remeh, maka itu salah besar. Bagaimana kalau dia tidak ada?. Bagaimana kalau pengumuman-pengumuman darinya tidak pernah mengudara? (Kecuali ada informasi yang jelas seperti di bandara tentang kedatangan dan keberangkatan pesawat). Meski orang berfikir pekerjaan dia kecil dan sepele maka menurut saya tidak. Dia mengerjakan sesuatu yang sangat bermanfaat untuk banyak orang karena "Sebaik-baik orang adalah yang paling banyak manfaatnya." Mungkin kita saja yang kurang melihat lebih jauh tentang hal itu.

Contoh lain adalah tukang sampah. Saya tidak bisa menebak gaji tukang sampah di negara yang memang carut marut seperti ini. Keberadaan mereka seringkali tidak dianggap meski mereka menggunakan warna pakaian yang sangat mencolok yaitu orange. Jika mereka dan rombongannya lewat, seringkali kita hanya bisa mengerucutkan bibir dan enggan untuk berlama-lama di dekat mereka. Pernahkah berfikir kalau mereka tidak ada?

Mereka mendorong-dorong gerobak berat setiap harinya yang berisi sampah. Berat? Itu pasti (Ingat saja sampah-sampah kita sendiri). Bau? jangan ditanya deh. Tapi keberadaan merekalah yang membuat kita masih dipuji karena rumah kita bersih. Karena jalan tempat rumah kita bersih. Karena sampah-sampah rumah tangga kita, mereka kumpulkan dan mereka jauhkan dari rumah kita. Karena Mereka juga kita masih bisa 'terhormat' dan bangga jika tempat kita bersih pada warga negara lain ketika mengunjungi kita.

Yang sangat jelas adalah mereka melakukan sesuatu yang sangat bermanfaat untuk orang lain. Saya malah menyangsikan para pekerja seni (Khususnya pemain Sinetron). Mereka memiliki gaji yang tak sedikit, bahkan sulit menjangkaunya untuk kalangan biasa seperti kita. Tapi pekerjaan mereka yang menghasilkan sebuah episode-episode yang sama sekali tidak ada manfaatnya. Orang tidak bisa belajar dari sinetron-sinetron mereka. Jangankan belajar, mungkin menjadi lebih bodoh, itu mah gak heran... 

Setelah itu saya merenungi pekerjaan saya sendiri. Mungkin memang membosankan atau sangat membosankan untuk sebagian orang. Gaji yang tidak terlalu besar atau yang lainnya. Tapi pekerjaan seorang editor adalah membuat seseorang beringinan untuk membaca karena tata bahasa yang baik (menghibur diri sendiri..:p). Membuat seorang penulis lebih bangga dan senang dengan tulisannya sendiri karena editor sudah memoles dan membuatnya mejadi lebih bagus dan enak dibaca.

Mungkin kita perlu lihat lebih jauh lagi apa yang sedang kita kerjakan sekarang ini. Apa keberadaan kita masih memiliki manfaat atau tidak. Banyak pekerjaan yang kita anggap 'kecil' atau 'remeh' sebenarnya punya banyak manfaat untuk orang lain. Dan semoga kita masih diberikan kesempatan untuk jadi bermanfaat untuk orang lain. Wallahu 'alam..:-)


2 komentar:

  1. Kesimpulan mbak yani

    Ya intinya kita harus mencintai profesi kita. Semua profesi yang ada di dunia ini saling melengkapi, tidak ada yang satu melebihi yang lain.

    BalasHapus
  2. setujuuuu...
    setiap orang punya peran di dunia,,,

    jd, jangan pernah mengecilkan arti pekerjaan ^_^

    BalasHapus